Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teknologi Beton pada Konstruksi | Belajar dari dasar Teknologi Beton

Teknologi Beton Konstruksi - Menurut SK-SNI-T15-1991-03, Beton dibuat dengan mencampur Semen Portland (PC), Air dan Agregat, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) dalam perbandingan tertentu. 

Bahan tambah dapat berupa bahan kimia, serat, ataupun bahan buangan non-kimia.

Campuran beton tersebut pada awalnya berbentuk plastis, jika dituang dalam cetakan dan kemudian dibiarkan akan mengeras seperti batuan.

Teknologi Beton pada Konstruksi
Teknologi Beton. (sumber: oopenspace.com)
Pengerasan terjadi karena peristiwa kimia antara PC dan air dan dalam kurun waktu yang cukup panjang, sehingga beton akan selalu bertambah keras sesuai dengan pertambahan umurnya.

Beton yang sudah mengeras, dapat dianggap sebagai batu tiruan. Batu tiruan ini cukup padat, karena rongga-rongga antara butiran besar (agregat kasar/krikil/batu pecah) diisi oleh butiran yang lebih halus (agregat halus/pasir). 

Sedang pori-pori antara agregat halus diisi oleh pasta semen (yang terbentuk oleh campuran PC dan air). Tugas utama pasta semen adalah sebagai perekat/pengikat antara butiran, sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa padat yang kompak.

Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sudah sangat umum, hal ini disebabkan bahan pembentuk beton mudah didapatkan. 

Kecuali PC, bahan-bahan pembentuk lainnya merupakan bahan lokal (kecuali pada daerah-daerah tertentu).

Kekuatan, keawetan dan sifat-sifat beton yang lain dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan dasar pembentuknya, perbandingan campuran, cara pengadukan, cara pengerjaan selama pengecoran beton, cara pemadatan dan perawatan selama proses pengerasan.

Kelebihan utama beton adalah mempunyai Kuat Tekan yang tinggi, sedangkan kekurangan beton adalah kuat tariknya rendah (hanya 9 – 15% kuat tekannya). 

Oleh sebab itu, pada bagian elemen struktur yang mengalami tarik diperkuat dengan memberi baja-tulangan, sehingga terbentuk suatu bahan struktur komposit yang disebut beton-bertulang. Beton tanpa tulangan disebut beton polos (plain concrete).

Membuat beton tidaklah hanya sekedar mencampur bahan-bahan dasar pembentuknya untuk memperoleh campuran yang plastis, tetapi untuk mendapatkan beton dengan kualitas yang baik, yang memenuhi persyaratan yang ketat, karena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus diperhitungkan/dilakukan dengan seksama sesuai SNI 03-2834-1993, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal dan SNI 03-3976-1995, Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton. 

Beton segar (fresh concrete) yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut, dituang dalam cetakan dan dapat dipadatkan, serta tidak cenderung terjadi segregasi (pemisahan butiran dari adukan) maupun bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan). Beton (beton keras/hardened concrete) yang baik ialah beton yang kuat, tahan lama/awet, kedap air, tahan aus, dan perubahan volume/kembang susut kecil.

Bahan-bahan pembentuk beton tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, bahan aktif yaitu semen dan air, dan bahan pasif adalah pasir (agregat halus) dan kerikil (agregat kasar). 

Kelompok bahan aktif disebut bahan perekat/pengikat, sedangkan bahan pasif disebut bahan pengisi.

Hubungan Pasta, Semen, Mortal dan Beton
Hubungan Pasta, Semen, Mortal dan Beton

Jika semen dicampur dengan air, akan terbentuk suatu adukan yang disebut pasta semen, bila kemudian ditambahkan pasir terbentuk mortar semen, dan jika ditambah lagi dengan kerikil/batu pecah, maka terbentuklah beton.

Demikian, artikel tentang Teknologi Beton Pada Konstruksi. Semoga bermanfaat.

Posting Komentar untuk "Teknologi Beton pada Konstruksi | Belajar dari dasar Teknologi Beton"