Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perancah Konvensional (Bambu): Pertimbangan Keuntungan dan Kerugian

Bambu atau kayu adalah jenis material perancah yang banyak digunakan pada pekerjaan konstruksi terdahulu dan bahkan masih tetap digunakan hingga kini, akan tetapi lebih terbatas untuk bangunan rumah ataupun bangunan yang tidak terlalu tinggi dan berat. 

Perancah atau Scaffolding dari bambu dan kayu pada bagian pangkalnya haruslah berukuran ˃ ø 7 cm atau kayu berukuran 5 x 7 cm agar cukup mampu menahan factor tekuk yang ditimbulkan.

Scaffolding dari Bambu
Bamboo Scaffolding. (sumber: hongkongfp.com)
Bambu yang digunakan pun haruslah bambu tua yang biasanya berarna kuning jernih atau hijau tua, berserat padat, berbintik-bintik, putih pada pangkalnya, permukaannya mengkilat, dan pada bagian buku-bukunya tidak boleh pecah.

Untuk pemasangan perancah dari bambu atau kayu ini harus selalu ditanam kedalam tanah bagian kaki-kaki tiangnya atau saling diikat agar tidak bergeser.

Selain itu, tiang scaffolding diikat pada setiap tiang batang pegangan dan batang memanjang horizontal untuk lantai kerja perancah sehingga kekuatan perancah lebih terjamin. 

Papan yang digunakan sebagai lantai kerja perancah harus dipotong sejajar dengan serat kayu agar mampu menahan beban dengan tebal minimal 8 mm. jarak antar dinding bangunan dengan lantai kerja tidak boleh melebihi 30 cm.
Ukuran Perancah Bambu atau Kayu

Ukuran Perancah Bambu atau Kayu

jarak antara tiang perancah 1.4 m 1.9 m 2.4 m
lebar lantai kerja minimal 60 cm 60 cm 60 cm
panjang papan lantai min. 3 m min. 4 m min. 5 m
penampang lintang papan lantai kerja 30x200 mm 35x200 mm 40x200 mm

Dari penjabaran diatas dapat diketahui bahwa pemasangan perancah bambu dapat mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan jarak dari setiap perancahnya. 

Namun lebih idealnya lagi ketika pemasangan perancah bambu lebih memperhatikan terhadap gambar teknis atau denah rencana kerja, dimana tahapan yang paling awal dilakukan adalah mempertimbangkan atau melakukan pemasangan terhadap bagian dari struktur balok dengan kemudian diteruskan terhadap bagian pada struktur pelat dengan mempertimbangkan jarak secara kondisional dilapangan untuk system plot jarak setiap bambunya, namun diperhatikan juga yang tertara pada tabel tertera terkait ukuran maksimal pemasangan bambu agar sesui dengan ketentuan. 

Dengan kata lain kita dapat memasang posisi bambu sesuai dengan ukuran ideal atau kondisional terhadap denah rencana kerja lalu kemudian melakukan ploting posisi bambu untuk mengetahui kebutuhan bambu yang didapatkan dalam bangunan tersebut. 

Namun hal tersebut harus memperhatikan nilai maksimal jarak pada setiap pemasangan bambunya yang tertara pada table diatas.

Pada perancah bambu diberi kekuatan dan pembebanannya terbatas hingga 40 kN. Perancah bambu menggunakan alat sambung dari paku dengan jumlah yang besar.

Perancah Bambu untuk Pekerjaan Konstruksi
Penggunaan Perancah Bambu. (sumber: inbar.int)

Keuntungan pemakaian perancah dari bambu

  • Harga bambu relatif murah
  • Dapat dengan baik menerima getaran, tumbukan, dan perlakuan yang kasar.

Kerugian pemakaian perancah dari bambu

  • Kemungkinan penggunaan ulang yang kecil
  • Pengerjaan pemasangannya cukup rumit
  • Bongkar pasang perancah bambu membutuhkan waktu yang lama
  • Pemakaian tenaga kerja dalam jumlah yang besar
  • Keterbatasan ukuran standar


Penggunaan perancah bambu mulai berkurang karena bermunculan berbagai macam material yang tidak memerlukan banyak penanganan namun dengan penyetelan yang mudah. 

Tetapi dengan keterbatasan peralatan yang ada, perancah dari bambu masih digunakan pada proyek-proyek yang berskala kecil.

Posting Komentar untuk "Perancah Konvensional (Bambu): Pertimbangan Keuntungan dan Kerugian"